Kamis, 19 September 2013
Kamis, 20 Juni 2013
teori pembentukan alam semesta 2
Teori-Teori Pembentukan Alam Semesta
- Teori Kabut
Teori
kabut dikemukakan oleh dua orang ilmuan yaitu Imanuel Kant (1724-1804) seorang
ahli filsafat bangsa Jerman dan Piere Simon Laplace (1749-1827) ahli astronomi
bangsa Perancis. Kant mengemukakan teorinya tahun 1755, sedangkan Laplace
mengemukakan tahun 1796 dengan nama Nebular Hypothesis.
Pada
akhir abad ke-19 teori kabut disanggah oleh beberapa ahli seperti James Clark
Maxwell yang memeberikan kesimpulan bahwa bila bahan pembentuk planet
terdistribusi disekitar matahari membentuk suatu cakram atau suatu piringan,
maka gaya yang disebabkan oleh perbedaan perputaran (kecepatan anguler) akan
mencegah terjadinya pembekuan planet. Pada abad ke-20 percobaan dilakukan untuk
membuktikan terbentuknya cincin-cincin Laplace, menunjukkan bahwa medan magnet
dan medan listrik matahari tekah merusak proses pembekuan batu-batuan. Jadi
tidak ada alasan yang kuat un tuk menyatakan bahwa cincin gas dapat membeku
membantuk planet.
B. Teori
Planetisimal
Teori
planetisimal pertama kali dikemukakan oleh Thomas C. Chamberlain dan Forest R.
Moulton pada tahun 1900. Hipotesis planetisimal mengatakan bahwa tata surya
kita terbentuk akibat adanya bintang lain yang hampir menabrak matahari.
C. Teori Pasang
Surut Bintang
Teori
pasang surut bintang pertama kali dikemukakan oleh James Jean dan Herold
Jaffries pada tahun 1917. Hipotesis pasang surut bintang sangat mirip dengan
hipotesis planetisimal. Namun perbedaannya terletak pada jumlah awalnya
matahari.
D.
Teori Kondensasi
Teori
kondensasi mulanya dikemukakan oleh astronom Belanda yang bernama G.P. Kuiper
(1905-1973) pada tahun 1950. Hipotesis kondensasi menjelaskan bahwa tata surya
terbentuk dari bola kabut raksasa yang berputar membentuk cakram raksasa.
E. Teori
Bintang Kembar
Menurut
teori bintang kembar, awalnya ada dua buah bintang yang berdekatan (bintang
kembar), salah satu bintang tersebut meledak dan berkeping-keping. Akibat
pengaruh grafitasi dari bintang kedua, maka kepingan-kepingan itu bergerak
mengelilingi bintang tersebut dan berubah menjadi planet-planet. Sedangkan
bintang yang tidak meledak adalah matahari.
F.
Teori Ledakan Maha Dahsyat (Big Bang)
Pada
awal abad ke-21 muncul teori ledakan maha dahsyat Big Bang, membentuk keseluruhan alam semesta sekitar 15
milyar tahun yang lalu. Jagat raya tercipta dari suatu ketaidaan sebagai hasil
dari ledakan satu titik tunggal. Pada awalnya alam semesta ini berupa satu
massa maha padat. Massa maha padat ini dapat dianggap suatu atom maha padat
dengan ukuran maha kecil yang kemudian mengalami reaksi radioaktif dan akhirnya
mneghasilkan ledakan maha dahsyat.
2.2 Pembentukan
Alam Semesta Dalam Perspektif Sains
Pemahaman
manusia tentang alam semesta mempergunakan seluruh pengetahuan di bumi,
berbagai prinsip-prinsip, kepercayaan umum dalam sains (seperti ketidakpastian
Heisenberg tentang pengukuran simultan dimensi ruang dan waktu), serta berbagai
aturan untuk keperluan praktis. Melalui sebuah kerangka besar gagasan yang
menghubungkan berbagai fenomena (teori relativitas umum, teori kinetik materi,
teori relativitas khusus) coba dikemukakan satu penjelasan. Berbagai hipotesa,
gagasan awal atau tentatif dikemukakan untuk menjelaskan fenomena. Tentu
gagasan tersebut masih perlu diuji kebenarannya untuk dapat dikatakan sebuah
hukum.
Dunia
fisika membahas konsep energi, hukum konservasi, konsep gerak gelombang, dan
konsep medan. Pembahasan Mekanika pun sangat luas, dari Mekanika klasik ke
Mekanika Kuantum Relativistik. Mekanika Kuantum Relativistik mengakomodasi
pemecahan persoalan mekanika semua benda, Mekanika kuantum melayani persoalan
mekanika untuk semua massa yang kecepatannya kurang dari kecepatan cahaya.
Mekanika Relativistik memecahkan persoalan mekanika massa yang lebih besar dari
10-27 kg dan bagi semua kecepatan. Mekanika Newton (disebut juga
mekanika klasik) menjelaskan fenomena benda yang relatif besar, dengan
kecepatan relatif rendah, tapi juga bisa dipergunakan sebagai pendekatan
fenomena benda mikroskopik.
Mekanika
statistik (kuantum klasik) adalah suatu teknik statistik untuk interaksi benda
dalam jumlah besar untuk menjelaskan fenomena yang besar, teori kinetik dan
termodinamik. Dalam penjelajahan akal manusia di dunia elektromagnet dikenal
persamaan Maxwell untuk mendeskripsikan kelakuan medan elektromagnet, juga
teori tentang hubungan cahaya dan elektromagnet. Dalam pembahasan interaksi
partikel, ada prinsip larangan Pauli, interaksi gravitasi, dan interaksi
elektromagnet. Medan menyebabkan gaya; medan-gravitasi menyebabkan gaya
gravitasi, medan-listrik menyebabkan gaya listrik dan sebagainya. Demikianlah,
metode sains mencoba dengan lebih cermat menerangkan realitas alam semesta yang
berisi banyak sekali benda langit (dan lebih banyak lagi yang belum ditemukan).
Pengetahuan
tentang luas alam semesta dibatasi oleh keberadaan objek berdaya besar, seperti
Quasar atau inti galaksi, sebagai penuntun tepi alam semesta yang bisa diamati;
selain itu juga dibatasi oleh kecepatan cahaya dan usia alam semesta (15 miliar
tahun). Itulah sebabnya ruang alam semesta yang pernah diamati manusia
berdimensi 15-20 miliar tahun cahaya. Namun, banyak benda langit yang tak
memancarkan cahaya dan tak bisa dideteksi keberadaannya, protoplanet misalnya.
Menurut taksiran, sekitar 90% objek di alam semesta belum atau tak akan
terdeteksi secara langsung. Keberadaannya objek gelap ini diyakini karena
secara dinamika mengganggu orbit objek-objek yang teramati, lewat gravitasi.
Berbicara
tentang daya objek, dalam kehidupan sehari-hari ada lampu penerangan berdaya 10
watt, 75 watt dan sebagainya; sedangkan Matahari berdaya 1026 watt
dan berjarak satu sa* dari Bumi, menghangatinya. Jika kita lihat, lampu-lampu
kota dengan daya lebih besarlah yang tampak terang. Menurut hukum cahaya,
terang lampu akan melemah sebanding dengan jarak kuadrat, jadi sebuah lampu
pada jarak 1 meter tampak 4 kali lebih terang dibandingkan pada jarak 2 meter,
dan apabila dilihat pada jarak 5 meter tampak 25 kali lebih redup.
Maka,
kemampuan mata manusia mengamati bintang lemah terbatas. Ukuran kolektor cahaya
juga akan membatasi skala terang objek yang bisa diamati. Untuk pengamatan
objek langit yang lebih lemah dipergunakan kolektor atau teleskop yang lebih
besar. Teleskop yang besar pun mempunyai keterbatasan dalam mengamati obyek
langit yang lemah, walaupun berhasil mendeteksi obyek langit yang berjuta atau
bermiliar kali lebih lemah dari bintang terlemah yang bisa dideteksi manusia. Makin jauh jarak galaksi, berarti
pengamatan kita juga merupakan pengamatan masa silam galaksi tersebut. Cahaya
merupakan fosil informasi pembentukan alam semesta yang berguna, dan manusia
berupaya menangkapnya untuk mengetahui prosesnya hingga takdir di masa depan
yang sangat jauh, yang akan dilalui melalui hukum-hukum alam ciptaan-Nya. Pengetahuan
kita tentang hal tersebut sangat bergantung pada pengetahuan kita tentang hukum
alam ciptaan-Nya; sudah lengkap dan sudah sempurnakah, ataukah baru sebagian
kecil, sehingga mungkin bisa membentuk ekstrapolasi persepsi yang salah.
2.3 Pembentukan
Alam Semesta Dalam Perspektif Al-Qur’an
Allah SWT. Menurunkan Al-Quran kepada
manusia 14 abad yang lalu. Beberapa fakta yang baru dapat diungkap dengan
teknologi pada abad ke-21, yang telah difirmankan Allah SWT. didalam Al-Quran
14 abad yang lalu. Didalam Al-Quran terdapat banyak bukti yang memberikan
informasi dasar mengenai beberapa hal seperti penciptaan alam semesta.
Kenyataan bahwa didalam Al-Quran tersebut telah sesuai dengan penemuan terbaru
ilmu pengetahuan modern adalah hal terpenting, karena kesesuaian ini menegaskan
bahwa Al-Quran adalah Firma Allah SWT.
Dalam Al-Quran surat Fush-shilat (41:11)
Artinya: “Kemudian Dia menuju kepada
penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata
kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku
dengan suka hati atau terpaksa". keduanya menjawab: "Kami datang
dengan suka hati".
Kata asap dalam tersebut menurut para
ahli tafsir adalh merupakan kumpulan dari gas-gas dan pertikel-partikel halus
baik dalam bentuk padat maupun cair pada temperatur yang tinggi maupun rendah
dalam suatu campuran yang lebih atau kurang stabil.
Salah satu teori mengenai terciptanya
alam semesta (teori Big bang) disebutkan bahwa alam semesta tercipta dari suatu
ledakan kosmis sekitar 10-20 milyar tahun yang lalu mengakibatkan adanya
ekspansi (pengembangan) alam semesta. Sebelum terjadinya ledakan kosmis
tersebut, seluruh ruang materi dan energi terkumpul dalam bentuk titik.
Didalam Al-Quran dijelaskan tentang terbentuknya alam ini
(QS Al-Anbiya : 30)
Artinya: “Dan Apakah orang-orang
yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu
adalah suatu yang padu (sebingkah penuh), kemudian Kami pisahkan antara
keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah
mereka tiada juga beriman”.
Berdasarkan terjemahan dan tafsir
Bachtiar Surin (1978:692) ditafsirkannya bahwa matahari adalah benda angkasa
yang menyala-nyala yang telah berputar mengeliligi sumbunya sejak berjuta-juta
tahun. Dalam peroses perputarannya denagn kecepatan tinggi itu, maka
terlontarlah bingkahan-bingkahan yang akhirnya menjadi bumi dan beberapa benda
angkasa lainnya dari bingkahan matahari itu. Masing-masing bingkah beredar
menurut garis tengah lingkaran matahari, semakin lama semakin bertambah jauh,
hingga masing-masing menempati garis edarnya. Dan seterusnya akan tetap beredar
dengan teratur sampai batas waktu yang hanya diketahui oleh Allah SWT.
Kemudian dalam surat Adz-Dzaariyaat (51:47)
Artinya: “Dan langit, denag
kekuasaan Kami, Kami bangun dan Kami akan memuaikannya selebar-lebarnya”.
Teori ledakan maha dahsyat juga
mengatakan adanya pemuaian alam semesta secara terus-menerus denagn kecepatan
maha dahsyat yang diumpamakan mengembangnya permukaan balon yang sedang ditiup
yang mengisyaratkan bahwa galaksi akan hancur kembali. Isyarat ini sudah
dijelaskan dalam surat Al-Anbiya’ (21:104)
Artinya: “(yaitu) pada hari Kami
gulung langit sebagai menggulung lembaran - lembaran kertas. sebagaimana Kami
telah memulai panciptaan pertama Begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah
suatu janji yang pasti Kami tepati; Sesungguhnya kamilah yang akan
melaksanakannya”.
Dalam surat Ath-Tholaq (65:12)
ªArtinya: “Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan
seperti itu pula bumi. perintah Allah Berlaku padanya, agar kamu mengetahui
bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan Sesungguhnya Allah
ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu”.
Ayat ini mengisyaratkan bahwa ruang
angkasa terdiri dari 7 lapis.
Didalam surat As-Sajada (32:4)
Artinya:
“Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya
dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy[1188]. tidak ada bagi
kamu selain dari padanya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi
syafa'at[1189]. Maka Apakah kamu tidak memperhatikan”.
[1188]
Bersemayam di atas 'Arsy ialah satu sifat Allah yang wajib kita imani, sesuai
dengan kebesaran Allah dsan kesucian-Nya.
[1189]
Syafa'at: usaha perantaraan dalam memberikan sesuatu manfaat bagi orang lain
atau mengelakkan sesuatu mudharat bagi orang lain. syafa'at yang tidak diterima
di sisi Allah adalah syafa'at bagi orang-orang kafir.
Uraian penciptaan langit dan bumi dan
apa-apa yang ada diantara keduanya, terdapat dalam surat Fush-Shilat ayat 9, 10
dan 12
Artinya:
“Katakanlah: "Sesungguhnya Patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan
bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagiNya? (yang bersifat)
demikian itu adalah Rabb semesta alam".
ŸArtinya: “Dan
Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia
memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya
dalam empat masa”. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang
bertanya.
Artinya:
“Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap
langit urusannya. dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang
cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan
yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui”.
Dengan
perincian penafsirannya sebagai berikut
:
1.
Tahap pertama
penciptaan bumi 2 rangakain waktu
2.
Tahap kedua
penyempurnaan bumi 2 rangkaian waktu
3.
Tahap ketiga
penciptaan angkasa raya dan planet-planetnya 2 rangkaian
waktu
Jadi terbentuknya alam raya ini terjadi
dalam 6 rangkaian waktu atau 6 masa.
Selain surat-surat tersebut diatas
masih banyak lagi yang menjelaskan tentang terbentuknya alam raya ini, namun
dari yang telah kami sampaikan dalam ringkasan ini terlihat bahwa secara umum
proses terciptanya alam raya ini berlangsung dalam 6 masa, dimana
tahapan-tahapan dalam proses tersebut saling berkaitan. Disebutkan juga bahwa
terciptanya alam raya ini terjadi melalui proses pemisahan massa yang tadinya
satu.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pembahasan tentang perkembangan
pemikiran tentang terbentuknya alam raya, yang diungkapkan melalui pendapat /
pemikiran dari berbagai peradaban bangsa, teori-teori yang dikemukakan dari
beberapa ilmuan serta dari pandangan Islam berdasarkan Al-Quran, maka dapat disimpulkan
bahwa perkembangan tentang pemikiran tentang terbentuknya alam semesta sudah
sejak lama telah menjadi bagian pemikiran manusia, begitu juga
pendapat-pendapat dari berbagai peradaban bangsa, begitu banyak teori-teori
yang muncul tentang terbentuknya alam raya ini.
Dari sekian banyak teori-teori yang
dikemukakan oleh para ilmuan ternyata ilmuan modern menyetujui bahwa Teori
Ledakan Maha Dahsyat (Teori Big Bang) merupakan satu-satunya penjelasan masuk
akal dan yang dapat dibuktikan mengenai asal mula alam semesta dan bagaimana
alam semesta muncul menjadi ada. Namun perlu kita sadari bahwa jauh sebelum
para ahli mengemukakan teori Big Bang, ayat-ayat Al-Quran telah secara jelas
menceritakan bagaimana alam semesta ini terbentuk dalam 6 masa.
Saran
Demikian, sebagai umat muslim yang
berpegan teguh kepada Al Qur’an maka hendaklah kita menjaga, merawat, dan
melestarikan alam ciptaan Allah ini. Semoga Allah SWT. melimpahkan rahmat-Nya
untuk kita semua, Amin.
teori alam semesta
A. Pengertian
Alam Semesta, Galaksi, dan Tata Surya
Alam Semesta
Pengertian alam semesta mencakup
tentang mikrokosmos dan makrokosmos. Mikrokosmos adalah benda-benda yang
mempunyai ukuran sangat kecil, misalnya atom, elektron, sel, amuba, dan
sebagainya. Sedang makrokosmos adalah benda-benda yang mempunyai ukuran yang
sangat besar, misalnya bintang, planet, dan galaksi.
Konsep
pemikiran manusia tentang pusat universe atau alam semesta sangat radikal.
Awalnya para ilmuan astronom menetapkan bahwa manusialah yang sebagai pusat,
yang diberi nama teori egosentris. Setelah itu mereka menetapkan bumi yang
menjadi pusat yang ditokohi oleh Cladius Ptolemeus. Teori ini dikenal dengan
geosentris. Namun setelah itu Nicolas Copernicus mengungkap teori baru di mana
matahari dijadikan pusat alam semesta, heliosentris. Namun saat ini mereka baru
menyadari bahwa teoti tersebut lebih cocok digelayutkan pada tata surya. Dan
tata surya hanyalah sebagian dari galaksi, dan galaksi adalah satu kumpulan
bintang dari banyak kumpulan bintang di alam semesta.
Galaksi
Langit dihiasi bintang-bintang yang
jumlahnya tak terhitung, yang bisa diamati dengan mata telanjang maupun
teropong bintang. Bintang-bintang berkumpul dalam suatu gugusan, meskipun
antar-bintang berjauhan di angkasa.[4]
Dari penjelasan Ismail al-Juwasy tersebut dapat kita katakan bahwa galaksi tak
ubahnya bak sekumpulan anak ayam yang tak mungkin untuk dipisahkan dari
induknya. Di mana ada anak ayam di situ pasti ada induknya. Sama halnya
bintang-bintang di angkasa sana mereka tak mungkin gemerlap sendirian tanpa
disandingi dengan bintang lainnya.
Galaksi yang
sering kita dengar adalah Bimasakti atau milky way. Kalau kita cermati
agak aneh nama milky way tersebut karena dari benda angkasa luar diumpamakan
dengan susu. Namun dari keanehan tersebut terdapat keunikan, yakni bintang
bertebaran di langit pada malam hari seperti susu yang tercecer di langit.
Galaksi kita berbentuk spiral, dapat kita samakan dengan lingkaran obat
nyamuk jika dilihat dari atas dan seperti gasing bila dilihat dari
samping. Galaksi kita tidak sebundar lingkaran namun berbentuk elips. Hal ini
dibuktikan dengan ukannya yang memiliki panjang sekitar 100 tahun cahaya dan
lebar 10 tahun cahaya dan tata surya kita berada 30 tahun cahaya dari pusat
galaksi.[5]
Selain
galaksi Bimasakti kita juga dapat melihat beberapa galaksi dengan mata
telanjang ataupun dengan alat. Yang diungkap oleh para ilmuan yakni galaksi
Andromeda, Awan Megallianic Besar dan Awan Megallanic Kecil. Galaksi Andromeda
lebih besar daripada Milky way.
Tata Surya
Tata surya terdiri dari matahari,
Sembilan planet dan berbagai benda langit seperti satelit, komet, dan asteroid. Tata surya tak lebih hanyalah gugusan kecil dari
benda-benda langit dan satu bintang. Tata surya adalah bagian kecil dari
galaksi.
Kita kenal
dengan sembilan planet mungkin ketika sekolah dasar, dari sebilan planet
tersebut terbagi dua bagian yaitu planet dalam dan planet luar. Planet dalam
adalah planet yang dekat dengan matahari yang terdiri dari Merkurius, Venus,
Bumi, dan Mars. Sedangkan Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, dan Pluto –yang
sekarang tereliminasi– termasuk planet luar.
B. TEORI ASAL
MULA ALAM SEMESTA
Teori Letusan Hebat
Berbagai teori tentang jagad raya
membentuk suatu bidang studi yang dikenal sebagai kosmologi. Einstein adalah
ahli kosmologi modern pertama. Tahun 1915 ia menyempurnakan teori umumnya
tentang relativitas, yang kemudian diterapkan pada pendistribusian zat di luar
angkasa. Pada tahun 1917 secara matematik ditentukan bahwa tampaknya ada massa
bahan yang hampir seragam yang keseimbangannya tak tentu antara kekuatan tarik
gravitasi dan kekuatan olek atau kekuatan dorong kosmik lain yang tak dikenal.
Pada tahun
1922 seorang ahli fisika Rusia muncul dengan pemecahan soal itu secara lain,
yang mengatakan bahwa kekuatan tolak tidak berperan bahkan jagad raya terus
meluas dan seluruh partikel terbang saling menjauhi dengan kecepatan tinggi.
Karena kekuatan tarik gravitasi, perluasan itu terus melambat. Sebelumnya,
partikel-partikel itu telah bergerak keluar bahkan lebih cepat lagi. Dalam
model jagat raya ini dahulu perluasan mulai pada saat yang unik yang disebut
“letusan hebat”.
Teori
letusan hebat rupanya begitu berlawanan dengan pengetahuan astronomi zaman
sekarang, yang mula-mula sedikit menarik perhatian. Akhirnya sebanyak bintang
dalam galaksi Bimasakti bukannya saling menjauhi satu sama lain, tetapi malahan
berjalan dalam orbit sirkular mengelilingi wilayah pusatnya yang padat. Akan
tetapi, pada tahun 1929 Edwin Hubble, ketika itu ahli astronomi di
Observatorium Mount Wilson, mengemukakan bahwa berbagai galaksi yang telah
diamatinya sebenarnya menjauhi kita, dan menjauhi yang lain, dengan kecepatan
sampai beberapa ribu kilometer per-detik.
Rupanya
galaksi-galaksi ini, seperti halnya Bimasakti kita, menjaga keutuhan bentuk
internalnya selama waktu yang panjang. Galaksi-galaksi itu secara
sendiri-sendiri mengarungi angkasa raya, kira-kira sebagain unit atau partikel
yang bergerak mengarungi ruang angkasa. Teori Einstein dapat diterapkan pada
berbagai galaksi, sebagai ganti bintang-bintang.[7]
Teori Keadaan Tetap
Kalau kita kembali ke tahun 1948,
tidaklah ditemukan informasi yang cukup untuk menguji teori letusan hebat itu.
Ahli Astronomi Inggris Fred Hoyle dan beberapa ahli astro-fisika Inggris
mengajukan teori yang lain, teori keadaan tetap yang menerangkan bahwa jagat
raya tidak hanya sama dalam ruang angkasa –asas kosmologi- tetapi juga tak
berubah dalam waktu asas kosmologi yang sempurna. Jadi, asas kosmologi
diperluas sedemikian rupa sehingga menjadi “sempurna” atau “lengkap” dan tidak
bergantung pada peristiwa sejarah tertentu. Teori keadaan tetap berlawanan
sekali dengan teori letusan hebat.
Dalam teori
kedua, ruang angkasa berkembang menjadi lebih kosong sewaktu berbagai galaksi
saling menjauh. Dalam teori keadaaan tetap, kita harus menerima bahwa zat baru selalu
diciptakan dalam ruang angkasa di antara berbagai galaksi, sehingga galaksi
baru akan terbentuk guna menggantikan galaksi yang menjauh. Orang sepakat
mengatakan bahwa zat baru itu ialah hydrogen, yaitu sumber yang menjadi asal
usul bintang dan galaksi.
Penciptaan
zat berkesinambungan dari ruang angkasa yang tampaknya kosong itu diterima
secara skeptis oleh para ahli, sebab hal ini rupanya melanggar salah satu
hukum.
TEORI TERBENTUKNYA TATA SURYA
Melihat
kenyataan bahwa planet-planet bergerak mengelilingi matahari dengan orbitnya
yang berebentuk elips dengan arah peredaran yang sama yaitu berlawanan arah
jarum jam jika melihatnya dari kutub utara, ternyata arah revolusi
planet-planet dan satelitnya yaitu arah negative. Ini berlawanan dengan yang
kita amati di bumi, peredaran harian benda-benda langit seperti matahari, bulan
dan bintang berarah positf seperti arah peredaran harian matahari yang terbit
di timur lalu naik dan kemudian terbenam di barat. Adanya realitas yang
demikian membuat para ahli astronomi berkesimpulan bahwa tata surya terbentuk
dari material yang berputar dengan arah negative, hal ini kemudian memunculkan
beberapa teori tentang terjadinya tata surya sebagai berikut:
1. Teori Nebule
atau teori kabut, yang dikemukakan ole Immanuel Kant (1749-1827) dan Piere
Simon de Laplace (1796).
Matahari dan
planet berasal dari sebuah kabut pijar yang berpilin di dalam jagat raya,
karena pilinannya itu berupa kabut yang membentuk bulat seperti bola yang
besar, makin mengecil bola itu makin cepat putarannya. Akibatnya bentuk bola
itu memepat pada kutubnya dan melebar di bagian equatornya bahkan sebagian
massa dari kabut gas menjauh dari gumpalan intinya dan membentuk gelang-gelang
di sekeliling bagian utama kabut itu, gelang-gelang itu kemudian membentuk
gumpalan padat inilah yang disebut planet-planet dan satelitnya. Sedangkan
bagian tengah yang berpijar tetap berbentuk gas pijar yang kita lihat sekarang
sebagai matahari.
Teori kabut
ini telah dipercaya orang selama kira-kira 100 tahun, tetapi sekarang telah
benyak ditinggalkan karena: (1) tidak mampu memberikan jawaban-jawaban kepada
banyak hal atau masalah di dalam tata surya kita dan (2) karena munculnya
banyak teori baru yang lebih memuaskan.
2. Teori
Planetesimal, Thomas C. Chamberlin (1843-1928) seorang ahli geologi dan Forest
R. Moulton (1872-1952) seorang astronom.
Disebut
Planetesimal yang berarti planet kecil karena planet terbentuk dari benda padat
yang memang telah ada. Matahari telah ada sebagai salah satu dari
bintang-bintang yang banyak, pada satu waktu ada sebuah bintang yang berpapasan
pada jarak yang tidak terlalu jauh akibatnya terjadi pasang naik antara
matahari dan bintang tadi. Pada waktu bintang itu menjauh sebagian massa dari
matahari itu jatuh kembali ke permukaan matahari dan sebagian lain berhamburan
di sekeliling matahari inilah yang disebut dengan planetesimal yang kelak
kemudian menjadi planet-planet yang beredar pada orbitnya dan mengelilingi
matahari.
3. Teori Pasang
Surut, Sir James Jeans (1877-1946) dan Harold Jeffreys (1891) keduanya dari
Inggris, teori ini hampir sama dengan teori Planetesimal.
Setelah
bintang itu berlalu dengan gaya tarik bintang yang besar pada permukaan
matahari terjadi proses pasang surut seperti peristiwa pasang surutnya air laut
di bumi akibat gaya tarik bulan. Sebagian massa matahari itu membentuk cerutu
yang menjorok kearah bintang itu mengakibatkan cerutu itu terputus-putus
membentuk gumpalan gas di sekitar matahari dengan ukuran yang berbeda-beda,
gumpalan itu membeku dan kemudian membentuk planet-planet.
Teori ini
menjelaskan mengapa planet-planet di bagian tengah seperti Yupiter, Saturnus,
Uranus dan Neptunus merupakan planet raksasa sedangkan di bagian ujungnya
merupakan planet-planet kecil. Kelahiran kesembilan planet itu karena pecahan
gas dari matahari yang berbentuk cerutu itu maka besarnya planet-planet iti
berbeda-beda yang terdekat dan terjauh besar tetapi yang di tengah lebih besar
lagi.
4. Teori Awan
Debu, dikemukakan oleh Carl von Weizsaeker (1940) kemudian disempurnakan oleh
Gerard P Kuiper (1950).
Tata surya
terbentuk dari gumpalan awan gas dan debu. Gumpalan awan itu mengalami
pemampatan, pada proses pemampatan itu partikel-partikeldebu tertarik ke bagian
pusat awan itu membentuk gumpalan bola dan mulai berpilin dan kemudian membentuk
cakram yang tebal di bagian tengah dan tipis di bagian tepinya.
Partikel-partikel di bagian tengah cakram itu saling menekan dan menimbulkan
panas dan berpijar, bagian inilah yang kemudian menjadi matahari. Sementara
bagian yang luar berputar sangat cepat sehingga terpecah-pecah menjadi gumpalan
yang lebih kecil, gumpalan kecil ini berpilin pula dan membeku kemudian menjadi
planet-planet.
5.
Teori Bintang Kembar
Teori ini hampir sama dengan teori
planetesimal.Dahulu matahari mungkin merupakan bintang kembar,kemudian bintang
yang satu meledak menjadi kepingan-kepingan.Karena ada pengaruh gaya gravitasi
bintang,maka kepingan-kepingan yang lain bergerak mengitari bintang itu dan
menjadi planet-planet.Sedangkan bintang yang tidak meledak menjadi matahari.
6. Teori
Ledakan (Big Bang), George Gamow, Alpher dan Herman.
Alam pada
saat itu belum merupakan materi tetapi pada suatu ketika berubah menjadi materi
yang sangat kecil dan padat, massanya sangat berat dan tekanannya besar, karena
adanya reaksi inti kemudian terjadi ledakan hebat. Massa itu kemudian berserak
dan mengembang dengan sangat cepat menjauhi pusat ledakan dan membentuk
kelompok-kelompok dengan berat jenis yang lebih kecil dan trus bergerak,
menjauhi titik pusatnya.
Dentuman
besar itu terjadi ketika seluruh materi kosmos keluar dengan kerapatan yang
sangat besar dan suhu yang sangat tinggi dari volume yang sangat kecil. Alam
semesta lahir dari singularitas fisis dengan keadaan ekstrem. Teori Big Bang
ini semakin menguatkan pendapat bahwa alam semesta ini pada awalnya tidak ada
tetapi kemudian sekitar 12 milyar tahun yang lalu tercipta dari ketiadaan.
Pada tahun
1948, Gerge Gamov muncul dengan gagasan lain tentang Big Bang. Ia mengatakan
bahwa setelah pembentukan alam semesta melalui ledakan raksasa, sisa radiasi
yang ditinggalkan oleh ledakan ini haruslah ada di alam. Selain itu, radiasi
ini haruslah tersebar merata di segenap penjuru alam semesta. Bukti yang
’seharusnya ada’ ini pada akhirnya diketemukan. Pada tahun 1965, dua peneliti
bernama Arno Penziaz dan Robert Wilson menemukan gelombang ini tanpa sengaja.
Radiasi ini, yang disebut ‘radiasi latar kosmis’, tidak terlihat memancar dari
satu sumber tertentu, akan tetapi meliputi keseluruhan ruang angkasa.
Demikianlah, diketahui bahwa radiasi ini adalah sisa radiasi peninggalan dari
tahapan awal peristiwa Big Bang. Penzias dan Wilson dianugerahi hadiah Nobel
untuk penemuan mereka.
Pada tahun
1989, NASA mengirimkan satelit COBE (Cosmic Background Explorer). COBE ke ruang
angkasa untuk melakukan penelitian tentang radiasi latar kosmis. Hanya perlu 8
menit bagi COBE untuk membuktikan perhitungan Penziaz dan Wilson. COBE telah
menemukan sisa ledakan raksasa yang telah terjadi di awal pembentukan alam
semesta. Dinyatakan sebagai penemuan astronomi terbesar sepanjang masa,
penemuan ini dengan jelas membuktikan teori Big Bang.
Bukti
penting lain bagi Big Bang adalah jumlah hidrogen dan helium di ruang angkasa.
Dalam berbagai penelitian, diketahui bahwa konsentrasi hidrogen-helium di alam
semesta bersesuaian dengan perhitungan teoritis konsentrasi hidrogen-helium
sisa peninggalan peristiwa Big Bang. Jika alam semesta tak memiliki permulaan
dan jika ia telah ada sejak dulu kala, maka unsur hidrogen ini seharusnya telah
habis sama sekali dan berubah menjadi helium.
Segala bukti
meyakinkan ini menyebabkan teori Big Bang diterima oleh masyarakat ilmiah.
Model Big Bang adalah titik terakhir yang dicapai ilmu pengetahuan tentang asal
muasal alam semesta. Begitulah, alam semesta ini telah diciptakan oleh Allah
Yang Maha Perkasa dengan sempurna tanpa cacat.
Yang telah
menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada
ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihtatlah
berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang. (QS. Al-Mulk,
67:3)
C. Teori Asal
Mula Bumi
Lima miliar tahun yang lalu,system
tata surya kita tidak ada. Yang ada hanyalah awan debu dan gas yang secara
perlahan berubah bentuk.sembilan planet, termasuk Bumi, dibentuk dari materi
yang menggumpal, menyerupai gumpalan bola salju, di dalam kabut. Mengenai teori
sejarah asal terbentuknya bumi sebagai berikut;
· Proses
dimulai sekitar 4,6 miliar tahun yang lalu di pusat nebula matahari.
· Matahari
terbentuk di pusat awan ini. Sementara itu, gas dan bahan lain di bagian
luarnya menggumpal.
· Bebatun
kecil berubah menjadi lebih besar, membentuk cikal bakal planet, atau protoplanet
dengan diameter beberapa kilometre.
· Protoplanet
saling bertumbuhan satu sama lain dan menggumpal hingga mencapai ukuran planet
(memiliki diameter beberapa ribu kilometer). Hingga ratusan juta tahun, planet
tersebut dibombardir secara kuat dan terus menerus oleh bebatuan lain.
· Sekitar 4,5
miliar tahun yang lalu, bumitelah diselimuti oleh lautan larva yang berasal
dari bebatuan yang terbakar dan luasnya mencapai beberapa kilometre.
· Secara
perlahan, lautan larva tersebut mendingin membentuk kerak yang dihantam terus
menerus oleh berbagai meteor dan komet.
· Planet muda
kita juga mengalami aktifitas vulkanik yang melepaskan lapisan udara secara
radikal, lapisan udara ini berbeda dengan lapisan udara saat ini. Keberadaan
air dimungkinkan berassal dari kedalaman bumi atau dibawa dari angkasa oleh
komet dan membentuk laut. Pada saat bersamaan, kerak bumi berupa menjadi benua.
· Kemunculan
benua, laut, dan lapisan oksigen rendah menghasilkan proses pembentukan molekul
yang lebih kompleks, yang menuntun terciptanya fenomena yang luar biasa, yaitu
kehidupan. Bahkan lebih mengejutkan lagi, kehidupan dengan sangat cepat muncul
dari laut, kurang dari satu miliar tahun setelah bumi tecipta. Kehidupan
memerlukan beberapa miliar tahun lagi ke daratan.
Langganan:
Postingan (Atom)